Sistem pendidikan di berbagai negara, termasuk Indonesia, masih sangat lekat dengan budaya membanding-bandingkan murid. Mulai dari nilai ujian, peringkat kelas, hingga prestasi ekstrakurikuler, sering kali menjadi ukuran utama untuk menentukan “siapa yang terbaik.” situs slot qris Hal ini menyebabkan banyak siswa merasa tertekan dan bosan harus selalu berlomba menjadi nomor satu, seolah-olah keberhasilan hanya bisa diukur dari posisi tertinggi dalam ranking.
Dampak Negatif Perbandingan pada Murid
Perbandingan yang berlebihan bukan hanya membuat siswa merasa stres, tapi juga berpotensi menimbulkan rasa rendah diri pada mereka yang tidak berhasil menjadi yang terbaik. Mereka yang secara konsisten berada di bawah “nomor satu” sering kali kehilangan motivasi belajar, merasa gagal, dan bahkan mengalami penurunan kesehatan mental.
Selain itu, perbandingan terus-menerus mengikis rasa percaya diri dan keunikan masing-masing anak. Anak-anak dengan potensi dan bakat berbeda menjadi dipaksa untuk mengikuti standar yang seragam, sehingga kreativitas dan minat mereka sering terabaikan.
Sistem yang Fokus pada Kompetisi, Bukan Kolaborasi
Sistem pendidikan yang menonjolkan ranking dan perbandingan cenderung menciptakan lingkungan kompetitif yang keras. Murid diajarkan untuk bersaing satu sama lain, bukan untuk bekerja sama atau saling mendukung. Padahal, di dunia nyata, kemampuan kolaborasi justru sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan berinovasi.
Pendekatan yang hanya menilai siswa dari segi angka dan peringkat membuat pendidikan kehilangan makna sebagai proses pembelajaran yang menyeluruh, termasuk aspek sosial dan emosional.
Mengabaikan Keberagaman Potensi Anak
Setiap murid memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Namun, budaya membandingkan sering kali membuat keberagaman ini tidak terlihat. Siswa yang unggul di bidang akademik mungkin mendapatkan pujian lebih, sementara mereka yang berbakat di seni, olahraga, atau bidang lain kurang diperhatikan.
Sistem yang terlalu fokus pada ranking tidak memberikan ruang yang cukup bagi murid untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai minat dan bakat.
Perlunya Sistem Pendidikan yang Lebih Humanis
Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang mendukung perkembangan holistik murid — bukan hanya dari segi akademik, tetapi juga karakter, kreativitas, dan kemampuan sosial. Dengan mengurangi budaya perbandingan dan meningkatkan pendekatan individual, murid bisa lebih merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar sesuai kecepatan dan minat masing-masing.
Kesimpulan
Budaya membanding-bandingkan murid masih menjadi masalah serius dalam sistem pendidikan saat ini. Ketergantungan pada ranking dan peringkat menyebabkan banyak siswa merasa bosan, stres, dan kehilangan motivasi. Pendidikan yang sehat seharusnya menekankan pada pengembangan potensi unik setiap anak dan membangun lingkungan yang lebih kolaboratif serta suportif. Mengubah paradigma dari kompetisi semata menjadi pembelajaran yang manusiawi menjadi langkah penting agar sistem pendidikan bisa benar-benar memberdayakan semua murid, bukan hanya mereka yang berada di puncak.